MENGETAHUI STANDAR PRODUKSI UNTUK EFISIENSI
PETERNAKAN AYAM PETELUR/ LAYER
Pengembangan usaha ternak layer (ayam petelur)
di Indonesia masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein
hewani masih kecil. Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per
kapita ditetapkan 55 g yang terdiri dari 80% protein nabati dan 20% protein
hewani (www.litbang.deptan.co.id). Hal itu berarti target konsumsi protein
hewani sekitar 11 g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani
penduduk Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, jauh lebih rendah
dibanding Malaysia, Thailand dan Filipina.
Meningkatan
konsumsi protein hewani akan berdampak positif pada peningkatan kualitas SDM
sebuah bangsa. Pemenuhan gizi ini, khususnya protein hewani salah satunya dapat
diperoleh dari telur.Berdasarkan data dari FAO (2012), jumlah konsumsi telur
penduduk Indonesia 87 butir/orang/tahun. Konsumsi telur masyarakat Indonesia
ini masih jauh di bawah konsumsi telur Malaysia dan Thailand yang rata-rata
konsumsi telurnya masing-masing 305 dan 150 butir/orang/ tahun. Begitu juga
dengan konsumsi daging ayam penduduk Indonesia yang masih sangat rendah yaitu
7.4 kg/orang/tahun.
Namun jika kita
telah terjun ke investasi peternakan layer, sudah seharusnya kita perlu
mengevaluasi apakah usaha tersebut telah berhasil dan mampu memberikan
keuntungan secara optimal.
Parameter
Keberhasilan Layer
Bukan perkara
yang mudah untuk mengetahui keberhasilan sebuah usaha layer.Sejumlah
data dan perhitungan diperlukan untuk menentukan tingkat
keberhasilan.Keberhasilan disini dibagi menjadi 2 aspek yaitu pencapaian
produktivitas dan keuntungan finansial.
·
Pencapaian
Produktivitas
Nilai standar
produktivitas ayam telah ditentukan oleh perusahaan pembibit (breeder).Standar
tersebut meliputi hen day, berat telur, lama produksi, konversi ransum,
kekebalan dan daya hidup serta pertumbuhan.Pencapaian performan tersebut
tergantung dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-masing
peternak.
›Hen Day (HD)
Hen day ialah persentase produksi telur yang dihasilkan oleh
ayam produktif per hari. Rata-rata produksi (HD) layer selama hidupnya ialah
80% dengan HD mencapai puncak produksi pada angka 95% dan persistensi produksi
(lama bertahan dipuncak HD>90%) selama 23-24 minggu (rata-rata strain ayam
petelur).
›Feed
Conversion Ratio (FCR)
Konversi ransum
dalam farm layer merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam untuk
menghasilkan sebutir telur. Ayam yang baik akan mengkonsumsi sejumlah ransum
lebih sedikit dibandingkan telur yang dihasilkan. Idealnya satu kilogram ransum
dapat menghasilkan satu kilogram telur atau lebih.Namun sampai saat ini, hal
itu belum pernah ada. Nilai FCR untuklayer berkisar 2,1 – 2,3.
› Tingkat
Kematian (mortalitas)
Mortalitas
ditentukan oleh banyak faktor seperti kesalahan manajemen pemeliharaan dan
infeksi bibit penyakit.Untuk mencegah tingginya angka mortalitas, maka jalan
keluarnya ialah meminimalkan faktor penyebab mortalitas. Mortalitas akan
mempengaruhi nilai penyusutan ayam. Standar mortalitas layer selama masa
grower 2-3%, sedangkan pada masa produksi 4-7% (Lohman Management
Guide, 2007)
·
Aspek Keuntungan
Finansial
Untuk mengetahui
keuntungan atau kerugian suatu usaha dari segi finansial, maka dilakukan
analisis laporan keuangan untuk mengetahui Break Even Point (BEP).
BEP adalah titik
impas antara jumlah biaya produksi (pengeluaran) dan tingkat harga pendapatan
(pemasukan). Pada saat mencapai BEP, peternak hanya memperoleh keuntungan = 0.
Untuk mendapatkan keuntungan maka harga jual telur harus di atas nilai titik
impas tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung BEP adalah :
Keterangan :
R = harga ransum/kg
FCR = feed
conversion ratio
EM = Egg Mass
(kg telur yang diproduksi selama 60 minggu)
HP = harga pullet
atau biaya pemeliharaan dari DOC-pullet
HAF = harga ayam
afkir
BOVK = biaya
obat, vaksin dan kimia
BO = biaya
operasional
Selama ini tidak
jarang dijumpai peternak yang kurang tepat dalam menghitung keuntungan.Umumnya,
mereka hanya menghitung keuntungan dari selisih penjualan telur dengan biaya
umum yang telah dikeluarkan.Biaya umum tersebut hanya terdiri dari biaya
ransum, tenaga kerja dan biaya obat serta vaksin. Sebagai contoh : Hasil
penjualan telur : Rp 20.000.000; Biaya pengeluaran (ransum, tenaga kerja dan
obat-obatan) : Rp 17.000.000. Maka keuntungan yang diperoleh sebesar Rp
3.000.000.
Metode
perhitungan seperti di atas masih kurang tepat karena sesungguhnya biaya yang
dikeluarkan untuk produksi bukan hanya terdiri dari biaya ransum, tenaga kerja
dan obat-obatan saja, tapi masih ditambah pula dengan biaya-biaya penyusutan
dan biaya operasional lainnya.
Mencapai
Efisiensi Investasi dan Keuntungan Finansial Melalui Komponen BEP
Kunci
keberhasilan pemeliharaan layer terletak pada pencapaian produksi telur
yang optimal dan efisiensi biaya.Efisiensi ini terkait dalam hal
manajemen.Bukan hanya manajemen pemeliharaan ternak, tapi juga manajemen dalam
melihat peluang pasar.
Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis laporan keuangan yang menjadi
patokan penentuan untung dan rugi adalah nilai BEP.Sesungguhnya BEP dipengaruhi
pula oleh faktor-faktor biaya produksi yang terdiri dari biaya ransum, obat,
vaksin dan kimia (OVK), penyusutan ayam, penyusutan kandang dan biaya
operasional. Suatu farm akan dikatakan efisien jika memiliki nilai BEP
seminimal mungkin. Berikut akan coba dijabarkan mengenai komponen BEP untuk
mencapai konsep efisien.
·
Biaya penyusutan
Hal yang tidak
kalah penting dalam usaha farm layer ialah perhitungan biaya penyusutan
dalam biaya produksi.Kadangkala peternak lupa memasukkan biaya penyusutan ke
dalam perhitungan sehingga hasil perhitungan dengan laba yang diperoleh tidak
sesuai.Biaya penyusutan yang dimaksud meliputi penyusutan ayam, kandang dan
peralatan kandang.
› Penyusutan
ayam
Pada usaha farm layer,
kita dapat memelihara ayam dari DOC sampai afkir atau memelihara dari pulletsampai
afkir.Bila memelihara dari pullet sampai afkir, maka yang diperhitungkan
adalah harga ayam ditambah biaya masa produksi.DOC atau ayam pullet ini
disebut bibit.
Untuk menghitung
biaya produksi yang dikeluarkan dari sektor bibit, tidak hanya jumlah seluruh
modal untuk pembelian bibit, tetapi juga harus diperhitungkan dengan nilai yang
hilang (penyusutan bibit/ ayam).Penyusutan ayam di sini bisa disebabkan oleh 2
hal yaitu peningkatan umur dan mortalitas.
» Peningkatan
umur berpengaruh terhadap produksi
Ayam petelur
mulai berproduksi umur 18 minggu.Produksi telur dimulai dengan produksi rendah
kemudian meningkat dan puncaknya pada umur 24-26 minggu. Setelah mengalami
puncak produksi, maka produksi akan turun perlahan-lahan. Ayam bisa berproduksi
sampai tingkat menguntungkan sampai umur 20 bulan.Jadi mulai awal produksi pada
umur 5 bulan dan berakhir pada umur 20 bulan berarti ayam hanya berproduksi
efektif selama 15 bulan. Penyusutan harga ayam setiap bulan dihitung dengan
rumus berikut :
Keterangan :
P2 : jumlah ayam
pullet
HP : harga ayam pullet
atau biaya pemeliharaan dari DOC-pullet
AA : jumlah ayam
afkir
HAA : harga ayam
afkir
» Mortalitas
Mortalitas
sangat berpengaruh terhadap produksi telur (HD). Jika mortalitas tinggi maka
jumlah ayam produktif menurun dan HD pun akan ikut menurun. Akibatnya
pendapatan dari hasil penjualan telur juga menurun.Semakin tinggi mortalitas,
nilai penyusutan ayam juga semakin tinggi.Lakukan manajemen kesehatan,
pemeliharaan dan biosecurity yang ketat dan disiplin untuk meminimalkan
mortalitas. Biaya penyusutan ayam akibat mortalitas :
› Penyusutan
kandang
Beban biaya
penyusutan kandang, tidak termasuk nilai lahan. Karena lahan nilainya tidak
menyusut, malah akan naik terus dari waktu ke waktu. Kandang dapat dibuat di
tanah milik pribadi atau menyewa.Kandang layerbisa terbuat dari bambu,
kayu atau kawat.Kandang bambu atau kayu lebih cocok untuk usaha peternakan skala
kecil, sementara kandang dari kawat lebih cocok untuk peternakan skala
besar.Kandang bambu/kayu, biaya investasinya rendah namun penyusutannya lebih
cepat.Sementara kandang kawat, investasinya tinggi namun penyusutannya juga
lama.Sehingga sebenarnya kandang kawat jatuhnya lebih murah dibandingkan dengan
kandang bambu. Lama ketahanan kandang selama 10 tahun. Penyusutan kandang
dihitung dengan rumus berikut :
Keterangan :
BK/SK : Biaya
investasi bangunan kandang / biaya sewa kandang
LKK/LSDK : Lama ketahanan atau lama sewa kandang
› Peralatan
kandang
Peralatan
kandang yang digunakan meliputi pemanas Indukan Gas Medion (IGM), tempat
ransum dan tempat minum.Sama halnya dengan kandang, peralatan kandang juga
mengalami penyusutan.Perawatan peralatan secara rutin dapat membantu menekan
biaya penyusutan. Cara menghitung penyusutan peralatan kandang yaitu :
Keterangan :
Lama ketahanan
peralatan kandang rata-rata adalah selama 4 tahun
·
Ransum
Ransum pada
pemeliharaan layer dikelompokkan berdasarkan periode pemeliharaannya yaitu masa
starter,grower dan layer (produksi). Ransum untuk layer
dapat langsung menggunakan pakan buatan pabrik atau melakukan pencampuran
sendiri.
Porsi terbesar
komponen pembentuk harga pokok produksi telur adalah ransum yaitu kurang lebih
75%.Maka dari itu segala daya upaya harus diusahakan agar bisa menghasilkan
penghematan pemakaian ransum tetapi tanpa mengorbankan sisi produktivitas.Dalam
pembelian ransum, yang sering diperhitungkan oleh peternak adalah pertimbangan
masalah harga ransum.Selisih sedikit saja, peternak bisa berganti
merk.Penyebabnya adalah besarnya biaya yang tersedot pada penyediaan ransum
tersebut.Padahal, mahalnya harga ransum bukanlah faktor terpenting. Yang
terpenting adalah mutu ransum (feed quality). Akan menjadi lebih buruk
lagi jika ransum yang harganya relatif murah tersebut ternyata banyak
mengandung zat-zat racun makanan (feed toxin). Bahkan pemberian ransum
dengan kualitas lebih rendah dari standar pada periode starter bisa
mengakibatkan laju pertumbuhannya terhambat dan akan berujung pada pencapaian
berat yang lebih rendah dari perkiraan.
Peternak yang
sudah berpengalaman (memiliki dasar-dasar pengetahuan mengenai bahan pakan)
sebaiknya dapat menyusun ransum sendiri. Tujuannya adalah agar biaya ransum
dapat dihemat, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga meningkat. Selain
itu, dengan menyusun ransum sendiri, peternak dapat menentukan bahan-bahan apa
saja yang dibutuhkan dalam penyusunan dan lebih efesien karena bahan-bahan
pakan cukup tersedia di lingkungan farm. Cara perhitungan jumlah ransum yang
dibutuhkan oleh ayam setiap bulannya yaitu :
·
Biaya kesehatan
Farm layer,
memerlukan obat-obatan (antibiotik, vitamin, anti parasit dan anti cacing),
vaksin (vaksin aktif dan vaksin inaktif) dan kimia (desinfektan dan
insektisida) agar ayam tetap sehat dan berproduksi secara optimal. Vaksinasi,
pemberian obat-obatan, vitamin, pemberantasan hama lalat dan kutu serta
biosekuriti juga harus diberikan secara berkala. Semua biaya itu dimasukkan ke
dalan biaya OVK (obat, vaksin dan kimia).Jika kejadian penyakit bisa dicegah,
pengeluaran dari OVK juga bisa ditekan.
·
Biaya tenaga
kerja
Biaya tenaga
kerja meliputi gaji pokok dan bonus.Pemberian bonus diperlukan sebagai sebuahreward
(balas jasa) atas kinerja yang optimal.Bila peternak menggunakan peralatan
serba otomatis pada farmnya, maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit
dan biaya ini pun bisa ditekan.Dalam usaha budidaya skala kecil, penyerapan
tenaga kerja yang masih berasal dari sanak keluarga juga dapat menghemat tenaga
buruh.
·
Biaya lain-lain
Biaya ini
termasuk pengeluaran biaya rutin yang tidak bisa dimasukkan ke dalam
pengeluaran yang telah disebutkan sebelumnya, seperti : listrik, pemanas, litter,
ongkos transportasi, dll. Biaya tidak terduga seperti biaya sosial, kesehatan
karyawan, keamanan, kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja juga masuk
dalam biaya lain-lain.
Setelah telur
diproduksi, masih ada biaya yang harus dikeluarkan untuk menjualnya walaupun
dijual di tempat di kandang atau gudang telur.Biaya-biaya itu meliputi telepon,
listrik, susut bobot, retak, pecah, upah tenaga kerja, kemasan (peti kayu,
egg tray, tali, label dan lain-lain), sehingga biaya ini pun masuk ke dalam
biaya lain-lain.
BEP merupakan
bentuk pengeluaran dalam usaha peternakan, sedangkan pemasukan terdiri dari :
·
Penjualan telur
Informasi pasar
selayaknya selalu diketahui oleh peternak.Fluktuasi harga telur yang selalu
terjadi membuat peternak harus selalu melakukan pemantauan pasar. Produksi
telur dari bulan ke bulan tidak sama, karena itu untuk menghitung produksi
telur (HD) setiap bulannya dilakukan dengan mengkalkulasikan data produksi
harian. Disinilah pentingnya pencatatan ataurecording harian.Perlu juga
kita memprediksikan pendapatan dari penjualan telur berdasarkan data produksi
rata-rata bulanan dan harga rata-rata per bulan.
Keterangan :
RHD : Rata-rata Hen
Day (%)
A : Jumlah ayam
T : jumlah 1 kg
telur (16 butir)
·
Ayam afkir
(sudah diperhitungkan dalam penyusutan bibit)
·
Kotoran ayam
Kotoran ayam
umumnya sampai 30 karung per bulan per 1000 ekor dan biasanya dijual untuk
dijadikan pupuk kandang. Penjualan kotoran kandang dapat memberikan sumbangan
pendapatan bagi peternak
Simulasi
Analisis Perhitungan Investasi Layer
Perhitungan
biaya pemeliharaan pullet yang dipelihara sendiri (16 minggu/ 4 bulan)
tercantum pada tabel 1 dengan diketahui :
·
Harga DOC layer
: Rp 4.000/ekor
·
Jumlah konsumsi
layer fase starter selama 4 bulan : 5,48 kg/ekor
·
Biaya investasi
kandang postal untuk pemeliharaan fase starter dengan kapasitas 1000
ekor : Rp 12.000.000
·
Biaya investasi
peralatan kandang untuk kapasitas 1000 ekor : Rp 2.500.000
·
Biaya kesehatan
DOC-pullet :
·
Rp 5.770,36/ekor
·
Biaya tenaga
kerja : Rp 400.000/bulan
·
Biaya lain-lain
: Rp 200.000/bulan
·
Mortalitas
pemeliharaan dari DOC-pullet : 2%
Berdasarkan data
pada tabel 1, jika mortalitas selama masa pemeliharaan starter sebesar
2%, maka harga pulletyang dipelihara sendiri adalah :
= Total biaya
pemeliharaan DOC-pullet
Jumlah ayam
= Rp
35.246.693,33 = Rp 35.966,01
(1000-20)ekor
Ada selisih Rp
4.033,99 dari harga pullet jadi/pullet pabrikan (Rp. 40.000,00/
ekor).
Perlu diketahui
bahwa pullet buatan sendiri lebih terjamin kualitasnya karena peternak
bisa mengetahui sejarah pemeliharaannya.Namun memerlukan waktu cukup lama untuk
pemeliharaannya.
Perhitungan
biaya produksi (pengeluaran) pemeliharaan fase grower/pullet-afkir)
tercantum pada tabel 2, dengan diketahui data pendukung :
·
Mortalitas ayam
fase grower-afkir 4%
·
Lama
pemeliharaan fase grower/pullet-afkir 15 bulan
·
Jumlah konsumsi layer
selama fase grower/pullet-afkir : 0,115 kg/ekor/hari
·
Biaya kesehatan
: Rp 1905/ekor
·
Rincian
pendapatan/pemasukan dari hasil produksi layer dapat dilihat pada tabel
3, dengan data pendukung :
·
Rata-rata HD :
75%
·
Harga telur/kg :
Rp 12.500/kg
·
Jumlah telur/kg
: 16 butir
·
Harga kotoran :
Rp 3.500/karung
·
Total kotoran :
30 karung
Dari data pada
tabel 2 dan 3, diperoleh keuntungan :
Jika memelihara
dari DOC-afkir sendiri = Rp 1.886.044,01
Jika memelihara
dari pullet-afkir = Rp 1.669.946,67
Keuntungan
(laba) yang diperoleh dari perhitungan masih termasuk laba kotor dan akan
menghasilkan laba bersih setelah dikurangi pajak. Nilai laba bersih berguna
untuk mendapatkan nilai profit margin, return of investment(ROI) dan return
of equity (ROE), dimana nilai-nilai tersebut nantinya akan dibandingkan
dengan nilai rata-rata farm layerdan nilai pada periode usaha tahun
sebelumnya. Dari perbandingan itulah, bisa dilihat apakah usaha layeryang
kita jalankan saat ini sudah efisien atau belum.
Dari hasil
bahasan di atas dapat kita ketahui bahwa untuk menganalisis biaya dan hasil
usaha farm layer tidak mudah. Peternak layer wajib punya catatan
(recording) produksi bukan yang harian (Hen Day) saja, tetapi
harus lengkap sampai recording per periode (Hen House). Hal yang
juga tidak boleh dilupakan ialah bahwa manajemen pemeliharaan yang baik juga
mempengaruhi keberhasilan usaha.Teruslah mengevalusi usaha peternakan yang Anda
jalankan dan pasang strategi-strategi baru untuk pengembangan usaha
tersebut.Salam sukses.